WartaBarkas - Israel tampaknya tidak mengindahkan seruan damai dan terus memperluas perang di Gaza dengan menambah puluhan ribu tentara cadangan. Namun, upaya ini justru mendapat perlawanan dari para tentara cadangan itu sendiri. Banyak dari mereka yang menolak untuk kembali bertugas di Gaza karena takut akan dampak psikologis dan risiko yang terkait dengan konflik tersebut.
Krisis Kemanusiaan: Situasi di Gaza semakin memburuk dan memicu krisis kemanusiaan yang parah.
Alasan Penolakan Tentara Cadangan Israel:
Pelanggaran Hukum Internasional: Banyak tentara cadangan yang menilai bahwa tindakan Israel untuk merebut tanah Palestina di Gaza dan menetap di sana merupakan pelanggaran hukum internasional.
Dampak Psikologis: Paparan terus-menerus terhadap peristiwa traumatis dan situasi yang mengancam jiwa menyebabkan gangguan pasca-trauma dan menurunkan nilai kemanusiaan.
Kurangnya Tujuan yang Jelas: Para tentara cadangan juga mempertanyakan tujuan perang yang tidak jelas dan kurangnya kemajuan menuju kesepakatan sandera tahap kedua.
Konsekuensi Perang yang Berkelanjutan:
Korban Jiwa: Konflik antara Israel dan Gaza telah menyebabkan banyak korban jiwa, termasuk warga sipil dan anak-anak.
Kerusakan Infrastruktur: Perang yang berkelanjutan juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan di Gaza.
Krisis Kemanusiaan: Situasi di Gaza semakin memburuk dan memicu krisis kemanusiaan yang parah.
Kepala Angkatan Darat Israel, Eyal Zamir, mengumumkan bahwa militer Israel telah memanggil puluhan ribu tentara cadangan. Langkah ini diambil untuk memperluas operasi militer negara tersebut di Jalur Gaza. Pengumuman yang disampaikan pada hari Minggu ini terjadi setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan komitmennya untuk melanjutkan perang.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya seruan dari berbagai pihak di Israel yang menginginkan adanya kesepakatan untuk membebaskan tawanan Israel yang ditahan di Gaza sekaligus mengakhiri perang. Konflik ini sendiri telah menyebabkan lebih dari 50.000 warga Palestina kehilangan nyawa di mana sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 117.200 orang mengalami luka-luka, banyak di antaranya dengan luka permanen yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Kehilangan nyawa dan trauma fisik ini merupakan tragedi yang mendalam bagi masyarakat Gaza.
Perang ini juga menyebabkan kehancuran infrastruktur yang meluas di seluruh Gaza. Lebih dari 360.000 bangunan dilaporkan rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat. Kerusakan ini mencakup rumah-rumah penduduk, sekolah, rumah sakit, masjid, dan infrastruktur vital lainnya seperti jaringan listrik dan air. Akibatnya, puluhan ribu keluarga kehilangan tempat tinggal dan akses terhadap layanan dasar yang penting untuk kelangsungan hidup.
Dampak langsung dari kehancuran dan kekerasan adalah terjadinya pengungsian massal. Lebih dari 1,7 juta warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman. Sebagian besar dari mereka kini tinggal di tempat penampungan sementara yang penuh sesak dan dengan kondisi sanitasi yang buruk. Kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan kesejahteraan para pengungsi.